Bestee

Pagi hari, matahari mulai memancarkan cahayanya. Perlahan-lahan mulai menyinari bumi beserta isinya. Burung-burung beterbangan sambil berkicau dan hinggap di ranting-ranting pohon halaman pondokku.

Aku—Nabila—dan teman-temanku yakni Fauzia, Fitri, Ana, Nadia, Syahada, Yuli, Ayu, Irna dan Warda, sedang bersiap-siap untuk mengarahkan santriwati agar masuk ke dalam musolah. Hari itu kami ingin mengaji bersama untuk mengisi waktu pagi karena sedang libur di madrasah.

“Teman-teman, kita bagi tugas, yah? Fauzia dan Irna yang mengarahkan kamar Palestina, Ana di kamar Afganistan, Syahada di kamar Dubay, Warda di kamar Al-Jazali dan Ayu, Fitri, serta Yuli di kamar Kairo,” kataku.

“Iya, ya, bagus juga tuh usulan Nabila. Jadi kita nggak perlu capek-capek untuk keliling-keliling kamar,” tambah Nadia.

“Ya okelah kalau gitu. Kalian berdua yang tunggu di musolah sekaligus susun rapi barisannya,” kata Ayu.

“Oke! Setuju!” ucap kami bersamaan menanggapi perkataan Ayu.